Total Tayangan Halaman

Design by Ferry Muchlis Ariefuzzaman

Design by Ferry Muchlis Ariefuzzaman
Media Team for Atut's Success to be a Governor

Rabu, 30 September 2009

Istri yang Mengajak Berteman Selingkuhan Suaminya: Ratu Atut Chosiyah

Oleh Dwiki Setiyawan - 1 Oktober 2009 - Dibaca 2414 Kali -

USIANYA sudah di atas kepala empat. Berkulit kuning gading. Rambut masih hitam berombak tergerai sebahu. Berperawakan sedang dengan tinggi badan kurang lebih 160 centimeter.
Mencuri-curi pandang dan menatap sekilas garis-garis dan lekuk liku raut muka Nyonya HM ini (sengaja saya sembunyikan identitas aslinya) tidak disangsikan lagi bahwa ia masih memancarkan aura kecantikan luar biasa.
Tatapan matanya teduh cenderung sendu, namun menyejukkan relung kalbu bagi siapapun orang yang bertemu pandang dengannya. Langgam bicaranya mengalir begitu saja dan bening cemerlang bagaikan aliran anak sungai yang keluar dari celah-celah pegunungan. Tak pelak, Nyonya HM termasuk segelintir perempuan dengan pesona tersendiri. Apabila kita telah mengenal, berbincang-bincang dengannya tidak ada kamus bosan. Canda-canda segar masih tetap terselip, betapapun seriusnya sesuatu yang tengah diperbincangkan.

Suami Nyonya HM adalah mantan pejabat negara. Berinisial MS. Tuan MS ini berusia sama dengan umur republik ini. Ia pernah menjabat Kepala Kanwil sebuah departemen di beberapa provinsi semasa pemerintahan Orde Baru. Sebelum penugasan baru sebagai pejabat negara di Jakarta, Tuan MS pernah pula 2 (dua) periode menjabat Bupati/Kepala Daerah di sebuah kabupaten pesisir selatan Pulau Jawa.

Salah satu sifat dan perilaku Tuan MS sebagai suami Nyonya HM yang dikenal sejak muda dan memulai mengayuh biduk rumah tangga, adalah kesukaannya pada daun-daun muda yang segar dan “kinyis-kinyis”.

Pada suatu kesempatan, Nyonya MS bercerita pada saya tentang pasangan-pasangan selingkuh Tuan MS, semenjak lebih dari seperempat abad ia membina rumah tangga. Namun Nyonya MS dengan halus menolak membuka resep rahasianya, bagaimana ia dapat mengendus selingkuhan suaminya.

Sebagai laki-laki, saya paham benar bahwa setiap perempuan bersuami memiliki indra keenam tentang pasangan hidupnya. Serapat-rapatnya seorang suami menutupi ketidakjujuran pada istri, naluri dasar istri akan segera mendeteksi bahwa suaminya telah keluar dari janji-suci yang pernah terikrar.

Nyonya HM tidak memungkiri bahwa ia kecewa dan sakit hati oleh ketidakjujuran dan pengkhianatan suaminya. Ia mengatakan pula acap bertengkar hebat di awal-awal pernikahannya. Di masa-masa senjanya saat ini, kadang masih pula bertengkar untuk masalah yang sama, namun dengan nuansa berbeda. Ia menukas, sebuah konflik dalam rumah tangga adalah hal yang biasa, seraya mengatakan perlunya mengendapkan emosi pada saat puncak konflik rumah tangga terjadi.

Tidak pernah terbersit pada diri Nyonya HM mengakhiri mahligai perkawinan yang dengan susah payah dirajut penuh kesabaran dan pengorbanan, hanya lantaran skandal selingkuh suaminya. Baginya, masa depan anak-anak juga dirinya sendiri di atas segala-galanya. Ia punya kiat sendiri untuk menaklukkan hati selingkuhan suaminya –yang mungkin berbeda dan bertolakbelakang dengan kaum perempuan seperti dirinya.

Dengan cara yang telah teruji bertahun-tahun lamanya, selalu saja ada celah untuk mengendus selingkuhan suaminya. Dengan teknik tertentu, ia bisa memburu nomor kontak telepon atau kediaman ‘gula-gula” suaminya. Riak-riak kecil rumah tangga seperti saya ungkap di atas mengiringi kala si suami terdeteksi berselingkuh.

Alih-alih Nyonya HM melabrak dan mendamprat tatkala telah bertemu buruannya itu. Tidak terlintas sama sekali soal tersebut di langit pikirannya. Ia hanya ingin bertemu, dan menyelesaikan persoalan secara baik-baik. Dari hati ke hati. Berdasarkan nalurinya sebagai seorang perempuan, sekaligus seorang ibu. Yang lebih kental ungkapan ekspresi perasaan ketimbang rasio semata. Tidak diceritakan detail bagaimana reaksi suami ketika soal dimaksud terungkap ke permukaan.

Menurut penuturannya, jika seorang istri dihadapan selingkuhan suaminya berperilaku dengan emosi membuncah, keras hati dan sikap permusuhan tinggi dikhawatirkan sang selingkuhan suaminya bertindak dua hal. Yang pertama kemungkinan ia akan mundur secara teratur; atau sebaliknya yang kedua ia akan mempertahankan mati-matian jalinan terlarang yang telah dibinanya itu. Hanya lantaran harga diri peselingkuh itu yang merasa terkoyak.

Makanya Nyonya HM tidak mau mengambil resiko tinggi. Ia melakukan komunikasi intensif seolah-olah “teman lama” selingkuhan suaminya itu. Dan faktanya, ia memang menawarkan diri sebagai teman, walau pada kenyataannya pertemanan itu berakhir tatkala badai rumah tangga reda dan selingkuhan suaminya menyesali dan memutus ikatan terlarang yang telah terbina itu.
Selama lebih seperempat abad, Nyonya HM menggunakan metode di atas untuk memutus rantai perselingkuhan suaminya. Metode manjur dan telah teruji disertai modifikasi-modifikasi tertentu dalam perjalanan sang waktu. Ia tidak menyesali usaha keras untuk tetap membentengi istana rumah tangga dari serbuan musuh yang bertubi-tubi menyerang tiba-tiba atau acapkali kasat mata. Cara yang ditempuhnya mungkin tidak lazim bagi kebanyakan perempuan. Namun ia bersyukur pada Sang Maha Pencinta, atas rahmat dan karunia sekalipun pada jalan berliku yang ditempuhnya selama ini. Untuk tetap menjaga mahligai rumah tangga, demi anak-anak tersayang dan suami yang dicintainya sepenuh hati.
*****

Entri Populer